Sabtu, 02 Juni 2012

Tugas 3-Bahasa Indonesia

Pengaruh ROA, ROI, BOPO, CAR. LDR, NPL Untuk Mengetahui Efisiensi Intermediasi Perbankan Di Indonesia

ABSTRAK
Pada umumnya para pemeriksa atau pengawas dan peneliti bank dalam mengevaluasi tingkat kesehatan bank dengan mengembangkan rating yang di dasarkan atas Capital adequacy yaitu kecukupan modal yang menunjukan yang menunjukan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang timbul, yang akan berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Asset quality menunjukan asset yang berhubungan dengan resiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Management  quality (kualitas manajemen) menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengawasi serta mengontrol setiap resiko yang timbul melalui kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target. Earning ability yang mencerminkan kemampuan bank untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Liquidity merupakan indicator yang menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Kelima factor tersebut lebih dikenal dengan CAMEL. Pada penelitian ini bertujuan memperoleh bukti empiris pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Investmen (ROE), Earning Ability (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL) secara parsial terhadap efisiensi intermediasi perbankan yang diukur dengan Data Envelopment Analisys (DEA). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi (obyek penelitian) adalah badan usaha atau perusahaan yang bergerak pada sector perbankan dan beroperasi di Indonesia. Bank-bank tersebut terdiri dari bank Persero (Bank Pemerintah), Bank Umum Milik Swasta Nasional baik Bank Devisa maupun Non Devisa, Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Campuran dan Bank Asing sebanyak 132 bank. Dalam penelitian ini Return On Asset (ROA), Return On Investment (ROE), Earning Ability (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Rasio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL) sebagai variable bebas, sedangkan DEA Score sebagai variable terikat. Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistic regresi linier berganda. Hasil penelitian pada tahun 2006 secara bersama – sama (simultan) mengindikasikan adanya pengaruh yang positif antara factor Capital Adequancy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Return On Investmen (ROI), Earning Ability (BOPO), Loan to Deposi Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL) terhadap efisiensi intermediasi bank. Sedangkan secara parsial studi empiris ini mengidentifikasi bahwa factor Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap efisiensi intermediasi bank.

Rabu, 02 Mei 2012

Bahasa Indonesia

Hadiah kakak, Ikan Mas Koki Untuk Beni


                Suara tangis Beni, adikku, terdengar sampai ke halaman depan rumah. Aku bergegas masuk dan mencari adikku yang bertubuh agak gendut itu.
            “Kenapa Beni menangis ?” tanyaku yang melihat Beni menangis berguling-guling di lantai.
            “Mas  Beni minta dibelikan ikas mas hoki, seperti punya Ridwan, temannya,” terdengar suara Mbak Lulu, pembantu rumah tangga kami dari dapur.
            Aku menghampiri Mbak Lulu. “Kenapa tidak dibelikan saja, Mbak? Daripada Beni menangis terus,” tanyaku pada Mbak Lulu.
“Uang Mbak habis, Mas Rinald! Tadi pagi, ibu terburu-buru ke kantor dan lupa memberikan  uang tambahan pada Mbak,” Mbak Lulu menjelaskan.”
            “Jadi, kita harus bagaimana, nih, Mbak? Beni kalau minta sesuatu pasti memaksa. Dia enggak akan berhenti nangis sebelum permintaannya dituruti.”
            “Mas RInald ganti seragam saja dulu, lalu makan siang! Setelah itu, Mas Rinald coba bujuk lagi, supaya Mas Beni berhenti menangis,” saran Mbak Lulu.
            Aku menuruti kata Mbak Lulu dan bergegas menuju kamarku untuk mengganti seragam sekolah.
            Setelah makan siang, aku menghampiri Beni lagi. Ia masih saja menangis. Seperti kataku tadi, adikku yang satu-satunya ini, tidak akan berhenti menangis sebelum permintaannya dituruti.
            “Sudah, jangan menangis lagi, Beni! Nanti kalau Kakak punya uang, Kakak belikan ikan mas koki untuk Beni,” hiburku.
            “Beni maunya sekarang, Kak!” Tukas Beni sambil meraung-raung seperti singa cilik.
            Aku bergegas menuju meja telepon. Aku ingin menelepon Papa yang sedang bertugas kota. Sayangnya, HP Papa susah sekali dihubungi. Selalu saja terdengar nada sibuk. Akhirnya aku memutuskan menelepon Mama di kantornya.
            Aku menceritakan semuanya pada Mama. Mama lalu memberikan saran padaku. Aku mengangguk mengerti.
            “Ayo, Beni, ikut Kakak!” ajakku setelah meletakkan gagang telepon.
            “Kemana, Kak?” Tanya Beni.
            “Kamu mau ikan mas koki enggak?”
            “Mau, dong! Jadi, Kak Rinald mau membeli ikan mas koki untuk Beni?”
            Aku mengangguk. Beni tersenyum sambil menghapus air matanya.
            Aku mengajak Beni ke jalan Barito, tempat orang menjual dan membeli berbagai macam ikan hias. Kami lalu mampir di salah satu kios.
            “Mau beli ikan, Dik?” Tanya Bapak pemilik kios ikan itu.
            “Maaf ya, Pak! Adik saya ini ingin ikan mas koki!. Tapi kami tidak punya uang.”
            “Loh, kalau membeli ikan, harus punya uang, dong!” tukas Bapak itu
            “Kalau begitu, bolekah saya dan adik saya membantu Bapak? Kami akan bekerja membantu Bapak. Nanti upahnya dua ekor ikan mas koki saja.”
            “Berapa umur kalian?”
            “Saya Rinald, umur 12 tahun dan sudah kelas enam SD. Dan ini Beni adikku, umurnya 6 tahun, masih kelas dua SD,” jawabku.
            “Nama saya, Pak Jaya!” Bapak itu mengajak kami bersalaman.
            “Baiklah! Kalian membantu Bapak membersihkan kolam ikan saja.”
            Kami lalu mengikuti Pak Jaya ke belakang kios. Wah, ternyata kolam ikannya banyak sekali. Ternyata, Pak Jaya tidak hanya memelihara ikan mas koki, tapi juga ada ikan cupang, ikan koi, ikan arwana, dan masih banyak lagi.
            “Nah, kamu bersihkan kolam ini, ya! Yang bersih!” pesan Pak Jaya lalu meninggalkan kami.
            Aku mengambil sikat besar yang tergeletak di sudut kolam, lalu mulai menyikati lumut-lumut yang mengotori kolam ikan. “Beni, ayo bantu Kakak!”
            “Beni cemberut. “Kakak bohong! Katanya kita kesini untuk membeli ikan. Kok, malah disuruh bekerja.”
            “Kamu mau ikan, enggak?” Kalau mau, kita harus bekerja dulu! Kita harus berusaha untuk mendapatkan apa yang kita mau. Jangan cuma bisa menangis!”
            Sambil cemberut, Beni akhirnya membantu bekerja. Setengah jam kemudian, kami berdua sudah selesai membersihkan kolam. Pak Jaya datang lagi menghampiri kami.
            “Bagus, kolamnya sudah bersih! Ayo, sekarang kalian boleh memilih sepasang ikan mas koki untuk dibawa pulang,” kata Pak Jaya.
            Beni gembira sekali. Ia memilih ikan mas koki berwarna merah putih dan hitam putih. Pak Jaya juga member Beni sebungkus makanan ikan.
            “ikannya di pelihara dengan baik ya, Beni! Jangan lupa diberi makan! Sampaikan salam Bapak pada papa dan mamamu!” pesan Pak Jaya.
            “Loh, Pak Jaya mengenal Papa dan Mama?” tanyaku heran.
            Pak Jaya tersenyum. “Papa mama kalian adalah teman Bapak sewaktu SMP dulu. Bahkan waktu SMA, Bapak dan papamu masih satu sekolah.”
            “Jadi Pak Jaya sudah tau, kalau kami mau kesini?” Pak Jaya mengangguk. “Iya, tadi mamamu sudah menelepon Bapak.” Ah… Mama! Pantas saja Mama menyuruh aku mengajak Beni ke took ikan ini.

Selasa, 27 Maret 2012

PERNALARAN DEDUKTIF

Pernalaran Deduktif
Adalah suatu pernalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasioanal, instrument dan operasional. Dengan kata lain, unutk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan. Dengan demikian konteks pernalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kunci untuk memahami suatu gejala.

Dalam pernalaran deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan.
Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis. Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis.
Premis pertama adalah premis yang bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus.

Macam-macam dari pernalaran deduktif adalah
1.       Silogisme
Adalah suatu bentuk proses pernalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga.

Jenis pernalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu :
A.      Silogisme Kategorial
Argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
Tiap term hanya boleh muncul dalam dua pernyataan, misalnya :
·         Semua manusia pasti mati (premis mayor)
·         Sokrates adalah manusia (premis minor)
·         Sokrates pasti mati (kesimpulan)
B.      Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola pernalaran deduktif yang mengandung hipotese.
Premis mayor nya mengandung pernyataan yang bersifat hipotesis.
Rumus proposisi mayor dari silogisme :
Jika P, maka Q
Contoh :
·         Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal (premis Mayor)
·         Hujan tidak turun (Premis Minor)
·         Sebab itu panen akan gagal (konklusi)
Pada contoh premis mayor mengandung dua pernyataan kategorial, hujan tidak turun dan panen akan gagal. Bagian pertama disebut antiseden, sedangkan bagian kedua disebut akibat.
C.      Silogisme Alternatif
Silogisme alternative atau silogisme disjungtif :
-          Proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternative, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan atau pilihan.
-          Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
-          Konklusi tergantung dari premis minornya.
Contoh :
·         Ibu ada di kantor atau di rumah (premis mayor)
·         Ibu ada di kantor (premis minor)
·         Sebab itu, ibu tidak ada di rumah (konklusi)
2.       Entinem
Adalah pernalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Entinem berasal dari kata Enthymeme, Enthymema (yunani) yang berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti ‘simpan dalam ingatan’. Silogisme muncul hanya dengan dua proposisi.