Sabtu, 02 Juni 2012

Tugas 3-Bahasa Indonesia

Pengaruh ROA, ROI, BOPO, CAR. LDR, NPL Untuk Mengetahui Efisiensi Intermediasi Perbankan Di Indonesia

ABSTRAK
Pada umumnya para pemeriksa atau pengawas dan peneliti bank dalam mengevaluasi tingkat kesehatan bank dengan mengembangkan rating yang di dasarkan atas Capital adequacy yaitu kecukupan modal yang menunjukan yang menunjukan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang timbul, yang akan berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Asset quality menunjukan asset yang berhubungan dengan resiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Management  quality (kualitas manajemen) menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengawasi serta mengontrol setiap resiko yang timbul melalui kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target. Earning ability yang mencerminkan kemampuan bank untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Liquidity merupakan indicator yang menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Kelima factor tersebut lebih dikenal dengan CAMEL. Pada penelitian ini bertujuan memperoleh bukti empiris pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Investmen (ROE), Earning Ability (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL) secara parsial terhadap efisiensi intermediasi perbankan yang diukur dengan Data Envelopment Analisys (DEA). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi (obyek penelitian) adalah badan usaha atau perusahaan yang bergerak pada sector perbankan dan beroperasi di Indonesia. Bank-bank tersebut terdiri dari bank Persero (Bank Pemerintah), Bank Umum Milik Swasta Nasional baik Bank Devisa maupun Non Devisa, Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Campuran dan Bank Asing sebanyak 132 bank. Dalam penelitian ini Return On Asset (ROA), Return On Investment (ROE), Earning Ability (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Rasio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL) sebagai variable bebas, sedangkan DEA Score sebagai variable terikat. Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistic regresi linier berganda. Hasil penelitian pada tahun 2006 secara bersama – sama (simultan) mengindikasikan adanya pengaruh yang positif antara factor Capital Adequancy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Return On Investmen (ROI), Earning Ability (BOPO), Loan to Deposi Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL) terhadap efisiensi intermediasi bank. Sedangkan secara parsial studi empiris ini mengidentifikasi bahwa factor Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap efisiensi intermediasi bank.

Rabu, 02 Mei 2012

Bahasa Indonesia

Hadiah kakak, Ikan Mas Koki Untuk Beni


                Suara tangis Beni, adikku, terdengar sampai ke halaman depan rumah. Aku bergegas masuk dan mencari adikku yang bertubuh agak gendut itu.
            “Kenapa Beni menangis ?” tanyaku yang melihat Beni menangis berguling-guling di lantai.
            “Mas  Beni minta dibelikan ikas mas hoki, seperti punya Ridwan, temannya,” terdengar suara Mbak Lulu, pembantu rumah tangga kami dari dapur.
            Aku menghampiri Mbak Lulu. “Kenapa tidak dibelikan saja, Mbak? Daripada Beni menangis terus,” tanyaku pada Mbak Lulu.
“Uang Mbak habis, Mas Rinald! Tadi pagi, ibu terburu-buru ke kantor dan lupa memberikan  uang tambahan pada Mbak,” Mbak Lulu menjelaskan.”
            “Jadi, kita harus bagaimana, nih, Mbak? Beni kalau minta sesuatu pasti memaksa. Dia enggak akan berhenti nangis sebelum permintaannya dituruti.”
            “Mas RInald ganti seragam saja dulu, lalu makan siang! Setelah itu, Mas Rinald coba bujuk lagi, supaya Mas Beni berhenti menangis,” saran Mbak Lulu.
            Aku menuruti kata Mbak Lulu dan bergegas menuju kamarku untuk mengganti seragam sekolah.
            Setelah makan siang, aku menghampiri Beni lagi. Ia masih saja menangis. Seperti kataku tadi, adikku yang satu-satunya ini, tidak akan berhenti menangis sebelum permintaannya dituruti.
            “Sudah, jangan menangis lagi, Beni! Nanti kalau Kakak punya uang, Kakak belikan ikan mas koki untuk Beni,” hiburku.
            “Beni maunya sekarang, Kak!” Tukas Beni sambil meraung-raung seperti singa cilik.
            Aku bergegas menuju meja telepon. Aku ingin menelepon Papa yang sedang bertugas kota. Sayangnya, HP Papa susah sekali dihubungi. Selalu saja terdengar nada sibuk. Akhirnya aku memutuskan menelepon Mama di kantornya.
            Aku menceritakan semuanya pada Mama. Mama lalu memberikan saran padaku. Aku mengangguk mengerti.
            “Ayo, Beni, ikut Kakak!” ajakku setelah meletakkan gagang telepon.
            “Kemana, Kak?” Tanya Beni.
            “Kamu mau ikan mas koki enggak?”
            “Mau, dong! Jadi, Kak Rinald mau membeli ikan mas koki untuk Beni?”
            Aku mengangguk. Beni tersenyum sambil menghapus air matanya.
            Aku mengajak Beni ke jalan Barito, tempat orang menjual dan membeli berbagai macam ikan hias. Kami lalu mampir di salah satu kios.
            “Mau beli ikan, Dik?” Tanya Bapak pemilik kios ikan itu.
            “Maaf ya, Pak! Adik saya ini ingin ikan mas koki!. Tapi kami tidak punya uang.”
            “Loh, kalau membeli ikan, harus punya uang, dong!” tukas Bapak itu
            “Kalau begitu, bolekah saya dan adik saya membantu Bapak? Kami akan bekerja membantu Bapak. Nanti upahnya dua ekor ikan mas koki saja.”
            “Berapa umur kalian?”
            “Saya Rinald, umur 12 tahun dan sudah kelas enam SD. Dan ini Beni adikku, umurnya 6 tahun, masih kelas dua SD,” jawabku.
            “Nama saya, Pak Jaya!” Bapak itu mengajak kami bersalaman.
            “Baiklah! Kalian membantu Bapak membersihkan kolam ikan saja.”
            Kami lalu mengikuti Pak Jaya ke belakang kios. Wah, ternyata kolam ikannya banyak sekali. Ternyata, Pak Jaya tidak hanya memelihara ikan mas koki, tapi juga ada ikan cupang, ikan koi, ikan arwana, dan masih banyak lagi.
            “Nah, kamu bersihkan kolam ini, ya! Yang bersih!” pesan Pak Jaya lalu meninggalkan kami.
            Aku mengambil sikat besar yang tergeletak di sudut kolam, lalu mulai menyikati lumut-lumut yang mengotori kolam ikan. “Beni, ayo bantu Kakak!”
            “Beni cemberut. “Kakak bohong! Katanya kita kesini untuk membeli ikan. Kok, malah disuruh bekerja.”
            “Kamu mau ikan, enggak?” Kalau mau, kita harus bekerja dulu! Kita harus berusaha untuk mendapatkan apa yang kita mau. Jangan cuma bisa menangis!”
            Sambil cemberut, Beni akhirnya membantu bekerja. Setengah jam kemudian, kami berdua sudah selesai membersihkan kolam. Pak Jaya datang lagi menghampiri kami.
            “Bagus, kolamnya sudah bersih! Ayo, sekarang kalian boleh memilih sepasang ikan mas koki untuk dibawa pulang,” kata Pak Jaya.
            Beni gembira sekali. Ia memilih ikan mas koki berwarna merah putih dan hitam putih. Pak Jaya juga member Beni sebungkus makanan ikan.
            “ikannya di pelihara dengan baik ya, Beni! Jangan lupa diberi makan! Sampaikan salam Bapak pada papa dan mamamu!” pesan Pak Jaya.
            “Loh, Pak Jaya mengenal Papa dan Mama?” tanyaku heran.
            Pak Jaya tersenyum. “Papa mama kalian adalah teman Bapak sewaktu SMP dulu. Bahkan waktu SMA, Bapak dan papamu masih satu sekolah.”
            “Jadi Pak Jaya sudah tau, kalau kami mau kesini?” Pak Jaya mengangguk. “Iya, tadi mamamu sudah menelepon Bapak.” Ah… Mama! Pantas saja Mama menyuruh aku mengajak Beni ke took ikan ini.

Selasa, 27 Maret 2012

PERNALARAN DEDUKTIF

Pernalaran Deduktif
Adalah suatu pernalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasioanal, instrument dan operasional. Dengan kata lain, unutk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan. Dengan demikian konteks pernalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kunci untuk memahami suatu gejala.

Dalam pernalaran deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan.
Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis. Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis.
Premis pertama adalah premis yang bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus.

Macam-macam dari pernalaran deduktif adalah
1.       Silogisme
Adalah suatu bentuk proses pernalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga.

Jenis pernalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu :
A.      Silogisme Kategorial
Argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
Tiap term hanya boleh muncul dalam dua pernyataan, misalnya :
·         Semua manusia pasti mati (premis mayor)
·         Sokrates adalah manusia (premis minor)
·         Sokrates pasti mati (kesimpulan)
B.      Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola pernalaran deduktif yang mengandung hipotese.
Premis mayor nya mengandung pernyataan yang bersifat hipotesis.
Rumus proposisi mayor dari silogisme :
Jika P, maka Q
Contoh :
·         Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal (premis Mayor)
·         Hujan tidak turun (Premis Minor)
·         Sebab itu panen akan gagal (konklusi)
Pada contoh premis mayor mengandung dua pernyataan kategorial, hujan tidak turun dan panen akan gagal. Bagian pertama disebut antiseden, sedangkan bagian kedua disebut akibat.
C.      Silogisme Alternatif
Silogisme alternative atau silogisme disjungtif :
-          Proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternative, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan atau pilihan.
-          Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
-          Konklusi tergantung dari premis minornya.
Contoh :
·         Ibu ada di kantor atau di rumah (premis mayor)
·         Ibu ada di kantor (premis minor)
·         Sebab itu, ibu tidak ada di rumah (konklusi)
2.       Entinem
Adalah pernalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Entinem berasal dari kata Enthymeme, Enthymema (yunani) yang berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti ‘simpan dalam ingatan’. Silogisme muncul hanya dengan dua proposisi.                 

Senin, 28 November 2011

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA


I.                    PENDAHULUAN

Sistem Perekonomian adalah yang digunakan oleh suatu Negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi. Perbedaan mendasar antara sebuah system ekonomi dengan system ekonomi lainnya adalah bagaimana cara system itu mengatur factor produksinya. Dalam  beberapa system, seorang individu boleh memiliki semua factor-faktor produksi. Sementara dalam system lainnya, semua factor tersebut di pegang oleh pemerintah. Kebanyakan system ekonomi di dunia berada di antara dua system eksterm tersebut.
Kondisi ekonomi dapat dikatakan sangat berpengaruh terhadap suatu Negara, kondisi ekonomi itu sendiri dapat juga mencerminkan bagaimana keadaan suatu Negara. Maju atau tidaknya, tingkat keamanannya, hingga menyangkut masalah kesehatan sangat di pengaruhi oleh kondisi ekonominya. Untuk perekonomian Indonesia saya berpendapt masih dalam tahap memperbaiki. Hal ini dikarenakan Indonesia sempat terkena krisis yang membuat perekonomian Indonesia turun drastis pada saat pemerintahan orde baru.

II.                              PEREKONOMIAN INDONESIA
Perekonomian Indonesia dinilai sulit bersaing secara global lantaran rakyatnya kurang mampu memberikan nilai tambah saat menjalankan usaha. Indonesia tidak mampu melayani orang dengan nilai tambah yang baik dalam perekonomian.
Dunia usaha membutuhkan kreativitas, inovasi, dan persaingan sebagai bagian dari dinamika usaha. Dasar persaingan dalam dunia usaha adalah membuat usaha lebih baik, menghasilkan usaha yang lebih murah, dan lebih cepat. Seperti halnya mobil produksi Jepang lebih laku terjual di pasaran ketimbang mobil produk Amerika Serikat karena kualitas produknya baik, murah, dan layanannya lebih cepat.
Kemakmuran suatu Negara tergantung pada kemampuan menambah nilai suatu usaha. Selain kurang mampu bersaing secara global, Indonesia juga belum mampu memberikan pelayanan yang baik terhadap konsumen. “Sense of services kurang mendapatkan tempat di Indonesia sehingga belum mampu memberikan nilai tambah yang baik.” Untuk mencapai kemakmuran masyarakat, diperlukan usaha yang inovatif supaya mampu bersaing.
Masyarakat memegang aktif dalam kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah menciptakan iklim yang sehat bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha.
Usaha skala kecil di Indonesia adalah merupakan subyek diskusi dan menjadi perhatian pemerintah karena perusahaan kecil tersebut  menyebar dimana-mana, dan dapat memberi kesempatan kerja yang potensial. Para ahli ekonomi sudah lama menyadari bahwa sector industry kecil sebagai salah satu karakteristik keberhasilan dan pertumbuhan ekonomi.
Perekonomian Indonesia juga masih dihadapkan pada sejumlah tantangan utama yang terdiri dari derasnya aliran masuk modal asing, besarnya ekses likuidiytas perbankan, inflasi yang meningkat, serta sejumlah permasalahan di sector perbankan dan berbagai kendala di sector riil. Berbagai tantangan tersebut menyebabkan Bank Indonesia menghadapi trilema yaitu, menjaga stabilitas harga, stabilitas nilai tukar, dan stabilitas system keuangan. Oleh karena itu, mengandalkan satu instrument kebijakan saja tidak cukup sehingga diperlukan suatu bauran kebijakan yaitu bauran kebijakan untuk stabilitas internal maupun bauran kebijakan untuk stabilitas eksternal. Bauran kebijakan untuk stabilitas internal ditujukan untuk stabulitas harga dan pengelolaaan permintaan domestic, sedangkan bauran instrument untuk stabilitas eksternal ditujukan untuk pengelolaan aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar.
Kinerja perekonomian Indonesia diperkirakan terus membaik. Tahun 2011, petumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat, surplus neaca pembayaran masih besar, peran intermediasi perbankan membaik, dan inflasi dapat diarahkan pada kisaran sasarannya. Dalam jagka menengah, petumbuhan ekonomi diperkirakan juga terus meningkat dengan inflasi yang semakin rendah.

III.                REFERENSI
1.       Media Indonesia, Minggu 20 November 2011.
2.       www.bappenas.go.id.
http://www.bi.go.id/

Selasa, 22 November 2011

MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

Analisis Upaya Melestarikan Budaya Bangsa

ANALISIS UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA BANGSA



NAMA           : Iis Marliana
NPM   : 18210009








BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Melestarikan budaya bangsa memang banyak manfaatnya, disamping untuk meningkatkan ketahanan nasional dan juga agar rangkaian mata rantai sejarah tidak terputus, maka data dan informasi budaya untuk pendidikan dan penelitian tidak hilang. Melestarikan tidak berarti menutup atau melarang tetapi justru sebaliknya, yaitu memelihara untuk memperpanjang umur suatu peninggalan sejarah alam dan atau budaya manusia.
            Pembangunan kebudayaan diupayakan untuk menjawab permasalahan budaya bangsa yang memerlukan penyelesaian baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang. Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para ahli, dan para pengamat pendidikan, dan pengamat social berbicara mengenai persoalan budaya dan karakter bangsa di berbagai forum seminar.
            Alternatif lain yang  banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi masalah budaya dan karakter bangsa yang di bicarakan itu adalah pendidikan.
1.2. Tujuan
            Pendidikan dianggap sebagai alternative yang bersifat preventif  karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternative yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa.


1.3. Sasaran
            Upaya pengembangan itu berkenaan dengan berbagai jenjang dan jalur pendidikan walaupun sifatnya belum menyeluruh. Keinginan masyarakat dan kepedulian pemerintah mengenai pendidikan budaya dan karakter bangsa, akhirnya berakumulasi pada kebijakan pemerintah mengenai pendidikan budaya dan karakter bangsa dan menjadi salah satu program unggulan pemerintah. Pedoman sekolah ini adalah rancangan operasional kebijakan pemerintah dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. Ini dituangkan dalam Undang – Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.













BAB II
PERMASALAHAN

            Budaya diartikan sebagai keseluruhan system berfikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berfikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan system social, system ekonomi, system kepercayaan, system pengetahuan, teknologi, seni dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk social menjadi penghasil system berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Ketika kehidupan manusia terus berkembang maka yang berkembang sesungguhnya adalah system social, system ekonomi, system kepercayaan, ilmu teknologi, serta seni. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki system berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut kea rah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang.
II.1. Analisis SWOT
II.1.1. Karakter Individu Seseorang Merupakan Kekuatan Di Lingkungan Sosial dan Budaya (Strengt).
            Karakter adalah watak, tabiat, ahlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil interbalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Untuk itu, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan social, budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.
            Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
II.1.2. Dampak Lemahnya Upaya Sadar Untuk Mengembangkan  Potensi (Weakness).
            Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan budayanya, karena hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan seseorang tercabut dari akar budayanya. Ketika hal itu terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya. Dalam situasi demikian, seseorang sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cinderung untuk menerima budaya luar. Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan, sehingga ini akan tumbuh dan berkembang menjadi warga Negara yang baik.
II.1.3. Peluang Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Oppurtunity)
            Pendidikan adalah suatu enkulturasi, berfungsi mewariskan nilai-nilai dan prestasi masa lalu ke generasi mendatang. Nilai-nilai dan prestasi itu merupakan kebanggaan bangsa dan menjadikan bangsa itu dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Selain mewariskan, pendidikan juga memiliki fungsi untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan prestasi masa lalu itu menjadi nilai-nilai budaya bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, serta mengembangkan prestasi baru yang menjadi karakter baru bangsa. Oleh karena itu, pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan inti dari suatu proses pendidikan.
II.1.4. Tantangan Dalam Pengembangan Budaya Melalui Pendidikan (Treath)
            Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter inti menghendaki suatu proses yang berkelanjutan. Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting. Kesadaran tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui sejarah yang memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa diri bangsanya di masa lalu yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Selain itu, pendidikan harus membangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan dan nilai berkenaan dengan lingkungan tempat diri dan bangsanya hidup, nilai yang hidup di masyarakat, system social yang berlaku dan sedang berkembang, system ketatanegaraan, pemerintahan, dan politik, bahasa Indonesia dengan cara berpikirnya, kehidupan perekonomian, ilmu teknologi, dan seni.

BAB III
PENUTUP DAN REFERENSI

III.1. Kesimpulan
            Prinsip pembelajaran  yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar seseorang mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.
III.2 Referensi
1.      Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
3.      Jbptunikompp-gdl-richidwiag-26972-5-unikom_r-i
4.      MEDIAINDONESIA.COM

Selasa, 15 November 2011

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

                                      
 Nama           :  Iis Marliana 
 NPM             :  18210009 
 Tugas           :  IBD BAB 8 
  
 MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP 
 Bitmap Bitmap Bitmap
Kebajikan :    
 1. Manusia berbuat baik karena pada hakekatnya 
      manusia itu baik  
 2. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak  
     dapat hidup sendiriBitmap Bitmap
 
 
 Pengertian :    3. Suara hati adalah semacam bisikan di dalam hati 
 Bitmap Bitmap Bitmap
Pendapat atau pertimbangan yang dijadikan     yang mendesak seseorang untuk menimbang  
 pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidupBitmap Bitmap Bitmap
 
     atau menentukan baik buruknya suatu perbuatan 
 di dunia berdasarkan pengalaman sejarah Langkah-langkah Berpandangan Hidup yang Baik : 
 menurut waktu dan tempat hidupnya. 1. Mengenal, merupakan suatu kodrat bagi manusia
 3 Faktor yang menentukan dapat  atau      dan tahap hidup pertama dari setiap individu  
 Diklasifikasikan berdasarkan asalnya : Cita - cita : tidaknya mencapai cita-citanya : Usaha dan Perjuangan :  2. Mengerti, tentang pandangan hidup 
 Bitmap Bitmap
MANUSIA
PANDANGAN HIDUP1. Pandangan hidup yang berasal dari agama.Keinginan, harapan, tujuan, Bitmap
 
1. Manusianya yang memiliki cita-cita Kerja Keras untuk mewujudkan cita-cita. 3. Menghayati, nilai-nilai yang terkandung dalam 
 2. Pandangan hidup yang berasal ideologi. yang selalu ada dalam2. Kondisi yang dihadapi selama mencapai apaPada dasarnya menghargai dan meningkatkan     Pandangan hidup 
 3. Pandangan hidup hasil renungan. pikiran       yang dicita-citakan harkat dan martabat manusia  4. Meyakini, suatu hal yang cenderung memperoleh
 3. Seberapa tinggi cita-cita yang hendak dicapai     suatu kepastian 
 Mempunyai 4 unsur :   5. Megabdi, suatu hal yang penting dalam meng     - 
 1. Cita-cita apa yang diinginkan Keyakinan atau Kepercayaan        hayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenar-
 2. Kebijakan segala hal Ada 3 aliran filsafat :Bitmap
 
      kan dan diterima baikbolrh dirinya sendiri  
 3. Usaha atau perjuangan 1. Aliran Naturalisme 6. Mengamankan, langkah terberat dan benar-benar
 4. Keyakinan atau kepercayaan  2. Aliran Intelektualisme     membutuhkaniman yang teguh dan kebenaran 
 3. Aliran Gabungan       dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya
     pandangan hidup